Kondisi Mesir dikabarkan tenang setelah terjadinya kerusuhan berdarah yang menewaskan 525 jiwa. Kondisi saat ini merupakan buah penerapan jam malam yang berlaku di beberapa provinsi.
Lampu lalu lintas sudah mulai kembali aktif menyinari jalanan di Kairo. Pemerintah Mesir sendiri sudah menetapkan status darurat selama satu bulan ke depan dan melakukan jam malam di 14 provinsi.
Meski kekerasan berdarah terjadi di Mesir, media setempat menyuarakan insiden ini merupakan penanda dari berakhirnya unjuk rasa pro-mantan Presiden Mesir Mohammad Morsi. Morsi dilengserkan oleh militer 3 Juli lalu dan ditahan di tempat yang tidak diketahui.
"Mimpi buruk Ikwanul Muslimin hilang," tulis Surat Kabar Al-Akhbar, seperti dikutip Reuters, Kamis (15/8/2013).
"Ikhwanul Muslimin kalah dalam peperangannya," sebut Surat Kabar Al-Shorouk.
Kedua surat kabar itu tampak seperti media yang mendukung pemerintah. Foto dari media-media tersebut memaparkan para pengunjuk rasa yang memegang senjata dan melempar batu ke arah pasukan Mesir.
Tetapi tidak ada satu pun dari foto-foto tersebut menunjukkan jasad para pengunjuk rasa yang tewas dalam kerusuhan tersebut.
Kerusuhan pecah setelah pemerintah secara paksa mengusir pendukung Mohamed Morsi dari kelompok Ikhwanul Muslimin yang melakukan aksi protes. Aparat melemparkan gas air mata dan menembakkan peluru di basis-basis demonstran.
Aksi represif Pemerintah Mesir mendapat kecaman dari banyak pihak. Wakil Presiden Mesir Mohammad el Baradei mengundurkan diri karena tidak setuju dengan pertumpahan darah. Para pemimpin negara juga mengucapkan keprihatinannya atas jatuhnya banyak korban.
Foto Gurih Gadis ABG