Selamat Jalan Ahyar Anwar, Selamat Jalan Kritikus Sastra


MAUT bisa datang menjemput kapan saja. Di mana saja. Seperti halnya dialami dosen sastra Universitas Negeri Makassar, Ahyar Anwar yang tutup usia di RS Grestelina Makassar, Selasa, 27 Agustus malam tadi.

Banyak kerabat, sahabat, dan rekannya tidak percaya kalau pria kelahiran Makassar 15 Februari 1970 itu pergi untuk selamanya. Sebab tanda-tanda almarhum akan pergi sangat minim. Selasa kemarin ia masih menjalankan aktivitasnya sebagai dosen. Ahyar juga masih menerima mahasiswa bimbingannya di Program Pascasarjana UNM untuk konsultasi.

Sebagai kolomnis Harian FAJAR, ayah empat orang anak ini juga masih mengirim kolom Megadigma ke email Fajar. "Saya masih sempat berkirim pesan singkat lewat handphone tadi siang," kata sahabatnya, Akbar Faizal.

Ahyar meninggal dunia sekitar pukul 22.30 malam. Dia sempat dirawat di Rumah Sakit Grestelina setelah sempat terjatuh dan tidak sadarkan diri di rumahnya, perumahan Taman Pesona Asri jalan Tumanurung, Sungguminasa, Gowa. Anak pertama Ahyar, Ahnaf Nadewa kepada Fajar mengatakan, ayahnya terjatuh sesaat setelah bermain dengan anak-anaknya. Saat jatuh, dia langsung tidak sadarkan diri.

"Sempat dirawat di rumah sakit. Setelah beberapa menit, ayah meninggal," jelas Nadewa.

Dia mengatakan, tidak ada pesan khusus dari ayahnya sebelum meninggal dunia. Dia hanya menulis status di BBM nya yang tertulis; "Menghayal: bila saat nanti...". "Mungkin itu pesan terakhir yang dia tulis di status BBM nya," jelas dia.

Selain tanda-tanda di status BBM, Ahyar juga menulis status di facebooknya, Senin, 26 Agustus.  Di jejaring sosial itu, Ahyar menulis pesan ... daripada kita saling menerka dalam rasa putus asa; saling menatap dan meratap lewat sepasang mata dengan cekungan hitam yang tajam. Mungkin lebih baik jika kita saling menyentuhkan doa cinta sekalipun dari sepasang tengadah tangan yang sunyi...

Hingga tadi malam, sejumlah kerabat, tetangga dan mahasiswa Ahyar Anwar memadati kediamannya di Taman Pesona Indah, di Gowa. Rektor UNM, Prof Arismunandar dan sejumlah petinggi UNM datang melayat tadi malam. Beberapa jurnalis yang dekat dengan almarhum juga datang memberi ucapan belasungkawa.

Ahyar bukan sosok dosen biasa di Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar (UNM). Pembantu Dekan II FBS ini termasuk dosen yang luar biasa karena selalu memotivasi dan memberi dorongan mahasiswanya untuk berkarya. Tak mengherankan jika banyak mahasiswanya yang sangat kehilangan atas kepergiannya.

Tidak hanya di kampus, Ahyar juga dikenal di luar kampus terutama di kalangan seniman dan budayawan Sulsel. Ia sering main di gedung societeit de harmonie. Juga sering membaca puisi bersama seniman-seniman Sulsel di Benteng Rotterdam. Ia dikenal sebagai kritikus sastra, profesi yang masih sangat langka di Sulsel.

Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan juga punya kesan tersendiri terhadap sosok Ahyar. Saat menjadi pembicara dalam bedah buku "Sepatu Dahlan", sang menteri menaruh kagum. Saat itu ia mengatakan sosok Ahyar merupakan anak muda cerdas dan langka di republik ini.  

Kepergian Ahyar tidak hanya menyimpan duka yang dalam bagi keluarga besar Universitas Negeri Makassar, tetapi juga bagi masyarakat Sulsel. Sulsel kehilangan kritikus sastra yang energik dan dikenal selalu bersemangat. Selamat jalan Ahyar, selamat jalan sang kritikus sastra
MAUT bisa datang menjemput kapan saja. Di mana saja. Seperti halnya dialami dosen sastra Universitas Negeri Makassar, Ahyar Anwar yang tutup usia di RS Grestelina Makassar, Selasa, 27 Agustus malam tadi.

Banyak kerabat, sahabat, dan rekannya tidak percaya kalau pria kelahiran Makassar 15 Februari 1970 itu pergi untuk selamanya. Sebab tanda-tanda almarhum akan pergi sangat minim. Selasa kemarin ia masih menjalankan aktivitasnya sebagai dosen. Ahyar juga masih menerima mahasiswa bimbingannya di Program Pascasarjana UNM untuk konsultasi.

Sebagai kolomnis Harian FAJAR, ayah empat orang anak ini juga masih mengirim kolom Megadigma ke email Fajar. "Saya masih sempat berkirim pesan singkat lewat handphone tadi siang," kata sahabatnya, Akbar Faizal.

Ahyar meninggal dunia sekitar pukul 22.30 malam. Dia sempat dirawat di Rumah Sakit Grestelina setelah sempat terjatuh dan tidak sadarkan diri di rumahnya, perumahan Taman Pesona Asri jalan Tumanurung, Sungguminasa, Gowa. Anak pertama Ahyar, Ahnaf Nadewa kepada Fajar mengatakan, ayahnya terjatuh sesaat setelah bermain dengan anak-anaknya. Saat jatuh, dia langsung tidak sadarkan diri.

"Sempat dirawat di rumah sakit. Setelah beberapa menit, ayah meninggal," jelas Nadewa.

Dia mengatakan, tidak ada pesan khusus dari ayahnya sebelum meninggal dunia. Dia hanya menulis status di BBM nya yang tertulis; "Menghayal: bila saat nanti...". "Mungkin itu pesan terakhir yang dia tulis di status BBM nya," jelas dia.

Selain tanda-tanda di status BBM, Ahyar juga menulis status di facebooknya, Senin, 26 Agustus.  Di jejaring sosial itu, Ahyar menulis pesan ... daripada kita saling menerka dalam rasa putus asa; saling menatap dan meratap lewat sepasang mata dengan cekungan hitam yang tajam. Mungkin lebih baik jika kita saling menyentuhkan doa cinta sekalipun dari sepasang tengadah tangan yang sunyi...

Hingga tadi malam, sejumlah kerabat, tetangga dan mahasiswa Ahyar Anwar memadati kediamannya di Taman Pesona Indah, di Gowa. Rektor UNM, Prof Arismunandar dan sejumlah petinggi UNM datang melayat tadi malam. Beberapa jurnalis yang dekat dengan almarhum juga datang memberi ucapan belasungkawa.

Ahyar bukan sosok dosen biasa di Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar (UNM). Pembantu Dekan II FBS ini termasuk dosen yang luar biasa karena selalu memotivasi dan memberi dorongan mahasiswanya untuk berkarya. Tak mengherankan jika banyak mahasiswanya yang sangat kehilangan atas kepergiannya.

Tidak hanya di kampus, Ahyar juga dikenal di luar kampus terutama di kalangan seniman dan budayawan Sulsel. Ia sering main di gedung societeit de harmonie. Juga sering membaca puisi bersama seniman-seniman Sulsel di Benteng Rotterdam. Ia dikenal sebagai kritikus sastra, profesi yang masih sangat langka di Sulsel.

Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan juga punya kesan tersendiri terhadap sosok Ahyar. Saat menjadi pembicara dalam bedah buku "Sepatu Dahlan", sang menteri menaruh kagum. Saat itu ia mengatakan sosok Ahyar merupakan anak muda cerdas dan langka di republik ini.  

Kepergian Ahyar tidak hanya menyimpan duka yang dalam bagi keluarga besar Universitas Negeri Makassar, tetapi juga bagi masyarakat Sulsel. Sulsel kehilangan kritikus sastra yang energik dan dikenal selalu bersemangat. Selamat jalan Ahyar, selamat jalan sang kritikus sastra

Foto Gurih Gadis ABG