Peristiwa Rengasdengklok dalam Ingatan Bung Hatta


Peristiwa Rengasdengklok dalam Ingatan Bung Hatta

Kamis, 16 Agustus 1945. Mohammad Hatta baru saja menunaikan makan sahur. Saat itu bulan Ramadan. Sukarni, seorang tokoh pemuda, dan beberapa rekannya mengetuk pintu.
Sukarni bercerita, karena Bung Karno menunda proklamasi, 15 ribu rakyat akan melucuti tentara Jepang pada tengah hari. "Bung Karno dan Bung Hatta kami bawa ke Rengasdengklok untuk meneruskan kepemimpinan Republik Indonesia dari sana," kata Sukarni seperti dicatat Bung Hatta dalamMemoir.
Hatta tak setuju. "Dengan menyerang kekuatan Jepang di Jakarta, Saudara-saudara bukan melakukan revolusi, melainkan putsch yang akan membunuh revolusi."
Sukarni menjawab, "Ini sudah menjadi keputusan kami semua dan tidak dapat dipersoalkan lagi. Bung ikut saja bersama Bung Karno ke Rengasdengklok."
Di mata Hatta, telah terbayang kehancuran cita-cita Indonesia Merdeka. Rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10.00 pasti bubar karena dua pimpinannya, Sukarno dan Hatta, tak ada di Jakarta
Ia pun dibawa ke rumah Bung Karno. Di sana, Bung Karno dan Fatmawati telah bersiap. Mereka pun menuju Rengasdengklok. Anak mereka yang baru berusia 9 bulan, Guntur, juga diajak.
Rengasdengklok kini menjadi sebuah sebuah kecamatan di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Jaraknya sekitar 80 km, di timur Jakarta.
Sampai menjelang siang, Bung Karno dan Bung Hatta dibiarkan menunggu. Di sana mereka ditempatkan di rumah Djiaw Kie Siong, seorang petani keturunan Tionghoa yang lama tinggal di Rengasdengklok.
Dalam penantian itu, Guntur gelisah lantaran susunya tertinggal di Jakarta. Hanya sedikit yang terbawa.
Bung Hatta ikut menenangkan Guntur dengan memangkunya. Namun,"Selagi duduk di pangkuanku, ia kencing dan celanaku dibasahi dekat lutut," kata pria kelahiran Bukittinggi, 12 Agustus 1902, itu.
Ketika tengah hari tiba, Bung Hatta mencari Sukarni. "Bagaimana? Apakah jadi menyerbu tentara Jepang dengan 15 ribu orang," tanya Bung Hatta yang saat itu masih lajang.
Sukarni mengaku belum mendapat kabar. Bung Hatta memerintahkannya untuk mencari informasi dengan menelepon rekan di Jakarta. Sukarni mematuhi.
Sekitar satu jam kemudian, Sukarni kembali dan bilang belum ada apa-apa di Jakarta. "Kalau begitu, buat apa kami beristirahat di sini?" kata Bung Hatta.
Menjelang petang, salah seorang pimpinan pemuda, Achmad Subardjo, datang dari Jakarta. Ia menginformasikan, di Jakarta tetap belum terjadi apa-apa. Subardjo mengatakan, mereka bisa pulang.
Setengah main-main, Hatta memilih esok hari. Fatmawati protes. "Buat Bung tidak apa-apa. Tapi bagaimana dengan Guntur kalau kita baru pulang besok pagi? Susu dia sudah habis. Ayo kita pulang sekarang," kata Fatmawati.
Mereka tiba di Jakarta sekitar pukul 20.00. Fatmawati dan Guntur pulang ke rumah.
Sementara, Bung Karno dan Bung Hatta langsung bertemu beberapa orang untuk rapat. Salah satu hasil rapat adalah naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dibacakan pada 17 Agustus pukul 10.00, di Jl Pegangsaan Timur No. 56. 

Foto Gurih Gadis ABG